Sabtu, 31 Januari 2009

Rizqi

Rizqi adalah suatu ketetapan Allah yang telah ditetapkan kepada kita. Walaupun begitu, kita diharuskan berikhtiar. Makna IKHTIAR yang telah ditentukan para ulama, bukanlah ikhtiar untuk memperoleh rizqi itu sendiri. Tetapi berikhtiar untuk mencari KEHALALAN RIZQI tersebut.

Ulama berbeda pendapat tentang uang/harta yang diperoleh dengan jalan haram. Apakah itu termasuk rizqi? Pendapat ulama paling kuat, baik halal atau haram tetaplah dinamakan rizqi…(war rizqu maa yanfa’ walau muharroma) sebagaimana yang dikatakan oleh ibin Ruslan dalam Zubad nya.

Tak asing di telinga kita sabda Rasulullah, “…kemudian menjadi segumpal daging. Kemudian malaikat diperintahkan untuk meniupkan ruh dan menulis 4 hal : rizqi, ajal, amal, suul/khusnul khotimah.”

Habib Ali Alhabsyi di dalam qoshidahnya mengatakan, “…War riziq maqsum bainal kholq hattal hinasy.”
Artinya, ‘Dan rizqi telah dibagi Allah kepada semua makhluknya, sekalipun ular’

Al faqir pernah menanyakan kepada beberapa Habaib di Hadramaut. Mereka mengatakan makna ular disiini adalah CACING TANAH (walaupun di dalam tanah, tetap diberi rizqi oleh Allah)

Jadi ketentuan rizqi Allah adalah PASTI, tinggal bagaimana kita menjemput dan mencari yang halal.

Dikisahkan bahwa suatu hari Sayidina Ali bin Abi Tholib akan memasuki sebuah rumah. Ketika beliau akan masuk, beliau tak menemukan tiang untuk mengikat tali kudanya. Lalu beliau bertemu dengan seorang ‘Arobi asing/tak dikenal dan menitipkan kudanya untuk dijaga sebentar. Setelah urusan beliau selesai, beliau berniat untuk menghadiahkan uang 2 dinar kepada ‘Arobi. Ketika keluar, beliau tak melihat kuda dan ‘Arobi tersebut di tempat semula. ‘Arobi
tersebut telah mencurinya!

Maka Sayidina Ali bergegas mencari ke gurun pasir hingga didapati kuda beliau dalam keadaan tanpa tali kendali dan pelana. Lalu beliau menuju ke pasar karena kemungkinan telah dijual si ‘Arobi di situ. Ternyata benar apa yang beliau pikirkan.

Ketika si penjual ditanya, dia menjawab bahwa ia membelinya dari seorang ‘Arobi asing.
“Dengan harga berapa, ” tanya Sayidina Ali.
“Dua dinar,” jawab si penjual.

Tersenyumlah Sayidina Ali seraya mengambil hikmah bahwa Allah telah menentukan RIZQI kepada si ‘Arobi sebesar 2 dinar di hari itu. Namun ‘Arobi mengambil dengan cara yang HARAM. ANDAIKAN IA BERSABAR, IA AKAN MENDAPATKANNYA DENGAN CARA YANG HALAL!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar